DAN SOLIDARITAS SOSIAL
Khutbah 'Idul Adha
Oleh : Ust. Ija Suntana, M.Ag.
الحمد لله مجيب الدعوات وكاشف الكربات، أحمده سبحانه وتعالى الموجب على عباده الشكر في السراء والضراء، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله، خير من تضرع إلى الله في الشدة والرخاء، وأرشد أمته إلى الإلحاح في الدعاء، اللهم صل وسلم وبارك على عبدك ورسولك محمد وعلى آله وصحبه
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
(#qà)¨?$#ur ZpuZ÷FÏù w ¨ûtùÅÁè? tûïÏ%©!$# (#qßJn=sß öNä3YÏB Zp¢¹!%s{ ( (#þqßJn=÷æ$#ur cr& ©!$# ßÏx© É>$s)Ïèø9$# ÇËÎÈ
Jamaah Idul Adha yang Berbahagia
Alhamdulillah, atas karunia Allah, hari ini kita dapat mengikuti salah satu rangkaian hari besar Islam yang terjadi di akhir tahun 2006 ini. Selain Idul Adha, pada tahun ini umat Islam akan menghadapi hari besar lainnya, yaitu Tahun Baru Hijriyyah 1428 seiring dengan akan datangnya tahun baru Masehi 2007. Harapan kita di akhir tahun Islam ini dan akhir Tahun Masehi adalah semakin bertambah kuat keyakinan pada Allah dan segera menyaksikan perubahan kondisi bangsa kepada yang lebih baik: terhindar dari musibah yang datang bertubi-tubi dan bisa menghadapi beban hidup yang semakin berat.
Hadirin sekalian. Kita semua mendengar beberapa bencana menimpa masyarakat Indonesia, dimulai banjir, longsor, gempa dan bencana yang lainnya. Semuanya merupakan bencana yang oleh kita semua perlu dihadapi secara tepat.
Dalam melihat bencana, ada tiga kelompok manusia yang berbeda cara pandang. Kelompok pertama menganggap bahwa bencana yang terjadi adalah kutukan Allah kepada umat manusia akibat perbuatan-perbuatan durhaka yang dilakukan manusia sendiri. Bencana yang muncul dianggap sebagai siksaan permulaan yang ditampakkan di dunia. Dan, siksaan ini tidak pandang bulu. Ia tidak hanya menimpa kepada pelaku maksiat, tapi siapapun bisa terkena. Hal ini diisyaratkan oleh Allah dalam Al-Quran:
(#qà)¨?$#ur ZpuZ÷FÏù w ¨ûtùÅÁè? tûïÏ%©!$# (#qßJn=sß öNä3YÏB Zp¢¹!%s{ ( (#þqßJn=÷æ$#ur cr& ©!$# ßÏx© É>$s)Ïèø9$# ÇËÎÈ
Takutlah kalian pada fitnah (siksa) yang tidak hanya menimpa kepada orang-orang yang zalim di antara kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya,, (QS Al-Anfal [8]: 25).
Dalam sebuah hadis Nabi Muhammad Saw. disebutkan, “Jika berbagai jenis kemaksiatan telah menggejala di mana-mana, berbagai bencana akan menimpa umat manusia.”
Pandangan kelompok yang pertama ini mendapatkan pembenaran secara sosial. Secara kasat mata berbagai jenis kemaksiatan mekar di kalangan kita. Dan, bukan mustahil pelakunya adalah kita sendiri. Atau, apabila kita tidak melakukannya, mungkin juga kita hanya diam berpangku tangan, tanpa ada keinginan dan usaha untuk memperbaiki keadaan atau amar ma’ruf nahi munkar.
Kelompok yang pertama ini mengajukan solusi mengatasi bencana dengan ajakan bertaubat kepada Allah secara benar dan tulus. Berbagai jenis maksiat agar dihilangkan dan ditinggalkan. Dengan demikian, aspirasi untuk memberantas jenis-jenis kemaksiatan yang terjadi di masyarakat, seperti perjudian, perzinahan, dan narkoba bukan semata-mata kepentingan agama, tapi terkait dengan kepentingan bangsa agar terhindar dari bencana. Namun, sangat sedikit hal ini disadari oleh bangsa kita sendiri. Kita memandang bahwa orang yang bersuara keras ingin memberantas perjudian, perzinahan, dan narkoba dianggap sebagai orang yang fanatik dan mengutamakan superioritas kelompok. Padahal, tujuan senyatanya adalah agar bangsa kita terhindar dari bencana yang merugikan bangsa dan negara. Demikian, pola pandang kelompok yang pertama dalam memahami bencana.
Kelompok kedua memandang bahwa bencana yang menimpa kita adalah takdir. Bencana yang terjadi dianggap sebagai cobaan bagi umat manusia. Pandangan kelompok kedua ini mendapatkan pembenaran melalui realita bencana yang tidak bisa dihadapi oleh siapapun. Pemerintah kita bukan tidak siap siaga menghadapi bencana, tapi toh bencana tetap terjadi. Bukan hanya di negara-negara kecil, seperti negara kita, di negara-negara maju dan besar pun bencana tetap terjadi. Secanggih apapun alat-alat penangkal bencana dikerahkan oleh negara maju, tetap saja bencana menimpa mereka. Bagi kelompok kedua ini bencana adalah hukum alam yang tidak bisa ditawar lagi. Dan, ini pun merupakan bukti bahwa alam bukan tuhan yang abadi, serta sebagai bukti bahwa hanya Allah Yang Maha Kuasa. Alam adalah makhluk yang pasti akan mengalami kerusakan dan akan berakhir dengan kerusakan.
Kelompok yang kedua ini mengajukan solusi menghadapi bencana dengan cara sabar dan tawakal atas apa yang menimpa. Keluh-kesah, menggrutu, dan berontak tidak menyelesaikan bencana yang terjadi. Kalau memang bencana sudah terjadi dan berada di luar daya jangkau kita, sabar dan tawakal adalah solusi yang terbaik menghadapinya. Tawakal dan sabar di sini adalah yakin bahwa Allah, suata saat, akan mengubah keadaan yang tidak menyenangkan dengan keadaan yang terbaik. Melalui sabar, kita dituntut tidak pantang menyerah dan tetap untuk berusaha mengubah keadaan. Dan, perlu diyakini oleh kita bahwa cobaan yang diberikan oleh Allah adalah untuk mengangkat derajat hidup orang-orang yang sabar. Mari kita simak dua firman Allah Swt. berikut ini:
$oYù=yèy_ur öNåk÷]ÏB Zp£Jͬr& crßöku $tRÍöDr'Î/ $£Js9 (#rçy9|¹ ( (#qçR%2ur $uZÏG»t$t«Î/ tbqãZÏ%qã ÇËÍÈ
Berkat kesabaran mereka, Kami jadikan mereka sebagai para tokoh yang membimbing manusia untuk menetapi aturan Kami, (QS Al-Sajdah [32]: 24)
Í´¯»s9'ré& c÷rtøgä spsùöäóø9$# $yJÎ/ (#rçy9|¹ cöq¤)n=ãur $ygÏù Zp¨ÏtrB $¸J»n=yur ÇÐÎÈ
Mereka (orang-orang sabar) akan diberi kedudukan yang inggi di surga berkat kesabaran mereka, (QS Al-Furqan [25]: 75).
Kelompok ketiga memandang bahwa bencana yang menimpa bangsa kita adalah akibat keteledoran. Keteledoran ini disebabkan pengerukan kekayaan dari alam yang tidak seimbang dan tidak mempertimbangkan sisi keselamatan manusia. Kekayaan yang didapat tidak setimpal dengan bencana yang harus ditanggung oleh masyarakat. Di dalam Al-Quran Allah Swt. berfirman:
tygsß ß$|¡xÿø9$# Îû Îhy9ø9$# Ìóst7ø9$#ur $yJÎ/ ôMt6|¡x. Ï÷r& Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ÉãÏ9 uÙ÷èt/ Ï%©!$# (#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_öt ÇÍÊÈ
Kerusakan di daratan dan lautan muncul akibat ulah tangan manusia, sehingga Allah menimpakan sebagian bencana akibat perbuatan mereka supaya mereka sadar, (QS Al-Rum [30]: 41).
Pandangan kelompok yang ketiga ini mendapat pembenaran dengan adanya pengerukan kekayaan alam yang mengakibatkan bencana alam. Penebangan hutan secara liar adalah salah satu bukti nyata pemicu bencana alam.
Solusi yang diajukan kelompok ketiga ini adalah mengubah cara pandang kita terhadap alam. Kita harus memandang alam bukan hanya objek pengerukan keuntungan, tapi alam pun bagian dari penyangga keselamatan umat manusia. Oleh karena itu, selain mengambil keuntungan atau kekayaan dari alam, kita pun harus mempertimbangkan bagaimana memeliharanya secara tepat dan cermat.
Demikian, pandangan tiga kelompok manusia tentang bencana alam yang menimpa kita belum lama ini. Kalau dilihat secara lebih arif, ternyata bencana yang menimpa bangsa kita secara khusus adalah akumulasi dari tiga penyebab di atas, yaitu akibat dosa kita yang harus segera ditaubati, takdir yang mesti terjadi, dan keteledoran kita. Solusi yang paling tepat untuk menghadapinya adalah menggabungkan antara taubat, sabar, dan berupaya mengubah cara pandang kita terhadap alam.
Jamaah Idul Adha yang Berbahagia
Hari Raya Idul Adha tidak lepas dari dua jenis ibadah, yaitu penyembelihan hewan qurban dan ibadah haji. Ibadah Qurban bukan bentuk praktik hura-hura tahunan yang di dalamnya sekadar menyembelih kambing, sapi, kerbau, unta, dan biri-biri. Tapi, makna qurban yang sebenarnya adalah ide kesejahteraaan umat. Qurban mengandung pesan penyelamatan ekonomi masyarakat supaya tidak menjadi bahan cibiran dan cemoohan bangsa lain. Al-Quran mengisyaratkan hal ini dalam Surah Al-Kautsar. Dalam Surah Al-Kautsar Allah menyebutkan keharusan Qurban bagi Nabi Muhammad saw. dibarengkan dengan penyebutan orang-orang yang suka mencemooh beliau.
!$¯RÎ) »oYøsÜôãr& trOöqs3ø9$# ÇÊÈ Èe@|Ásù y7În/tÏ9 öptùU$#ur ÇËÈ cÎ) t¥ÏR$x© uqèd çtIö/F{$# ÇÌÈ
Sesungguhnya Kami telah memberi nikmat yang banyak kepada kamu. Oleh karena itu, shalat dan berkurbanlah engkau. Sesungguhnya orang-orang yang mencemoohkan engkau adalah orang yang terputus, (QS Al-Kautsar [108]: 1-3).
Dalam Surah tersebut Rasulullah saw. disuruh untuk melakukan shalat dan ‘menyembelih’. Makna menyembelih dalam surah tersebut tidak sekadar memotong hewan. Tapi, makna lebih lanjutnya adalah melakukan penyelamatan ekonomi masyarakat agar tidak diinjak-injak dan didikte seenaknya oleh bangsa lain.
Ketika Nabi Ibrahim mendapat wahyu agar mengorbankan anaknya, yaitu Ismail, beliau tidak jadi menyembelihnya, malah diganti dengan kambing. Ini merupakan bukti bahwa yang diminta oleh Allah dari Ibrahim bukan hanya “tekstualitas penyembelihan”. Tapi, yang diminta adalah kesetiaan dan kesediaan berjuang darinya. Sungguh mengagetkan kewajiban yang harus dilakukan oleh Ibrahim, apabila hanya dimaknai secara teks. Sebab, beliau harus menyembelih anaknya yang lahir secara ajaib. Ismail lahir dari istri Ibrahim yang menurut akal normal tidak mungkin dapat mengandung, karena umurnya yang sudah terlalu tua. Sementara itu, ketika sudah lahir, anaknya harus disembelih. Jadi, terbukti bahwa yang diminta dari Ibrahim adalah kesanggupan berjuang dan berkorban untuk hal yang lebih utama daripada kepentingan pribadi.
Qurban memiliki dua makna, yang pertama makna tekstual dan yang kedua makna simbolis. Makna tekstual qurban adalah menyembelih bintang qurban yang layak dikonsumsi oleh manusia. Sedangkan, makna simbolisnya adalah keharusan berupaya menyelamatkan ekonomi masyarakat. Al-Quran menyebutkan bahwa, Bukan darah dan dagingnya yang sampai kepada Allah tetapi ketakwaanlah yang sampai dari kalian, (Q.S. Al-Haj: 37). Ini menggambarkan bahwa semangat penyembelihan itu bukan hanya mengocorkan darah binatang, tetapi lebih lanjutnya adalah memperjuangkan kebaikan dan kemasalahatan orang banyak yang oleh ayat tersebu
Syaikh Muhammad Ali Khan (1874-1951) menyatakan bahwa makna Qurban adalah korelasi kebaikan, rendah hati, dan sabar dalam menghadapi masalah hidup yang mesti terjadi dan teralami semua orang. Sementara itu, Rasyid Ridha (1865-1935) menyebutkan bahwa Qurban adalah miniatur perjuangan dan kesiapan menekan egoisme.
Qurban yang disimboli dengan penyembelihan binatang adalah isyarat pemusnahan dan pemberangusan ego, yaitu menahan diri dari godaan ego kelompok, ego etnis, ego partai, ego agama, ego bahasa, ego bangsa, dan ego negatif lainnya. Selain itu, pengorbanan barang yang bersipat material dalam bentuk penyembelihan binatang adalah isyarat agar kita mengalihkan diri dari menghamba pada materi untuk beralih menghamba pada kepentingan umum yang dikehendaki oleh Allah.
Hadirin sekalian. Perlu jadi catatan bahwa solidaritas sosial bangsa kita kian hari kian menurun. Solidaritas ini telah terkalahkan oleh solidaritas partai, mazhab, organisasi, dan etnis. Hari Raya Qurban kali ini harus kita jadikan refleksi perhatian kita pada sesama yang membutuhkan bantuan dan uluran tangan kita. Lebih-lebih, Hari Raya Qurban kali ini berdekatan sekali dengan perubahan tahun dari 2006 ke 2007. Tampaknya, perlu kita lakukan refleksi terhadap apa yang telah kita lakukan di tahun 2006 ini.
Hadirin yang Berbahagia. Bukan suatu kebetulan ibadah qurban digandengkan oleh Allah dengan pelaksanaan ibadah haji. Tujuan utama penggandengan ini adalah membarengkan perjuangan dan dengan penggalangan persatuan umat. Perjuangan diisyaratkan oleh Qurban sedangkan persatuan umat Islam diisyaratkan oleh pelaksanaan haji. Dua isyarat ini sudah sangat jelas memiliki pesan dua kekuatan, yaitu kekuatan ekonomi dan kekuatan politik umat Islam yang secara umum di negara manapun sedang carut-marut. Carut-marut karena sektarian, memaksakan kehendak, dan merasa paling penting di antara kelompok yang lain.
Ketika pelaksanaan ibadah haji harus dilaksanakan secara serentak oleh seluruh jemaah haji pada bulan Dzulhijjah dan tidak pada bulan lain, ini mengisyaratkan bahwa umat Islam harus membangun kesatuan. Dan tak disangsikan lagi bahwa membangun kesatuan umat tidak mungkin dapat terwujud tanpa adanya upaya bersama membangun ekonomi umat yang kuat pula. Sebaliknya, membangun ekonomi yang kuat mustahil terlaksana tanpa kesatuan langkah umat Islam untuk sama-sama membangun dan memajukannya.
Ziarah jutaan umat Islam ke Baitullah pada bulan haji ini memiliki potensi kesatuan dan kekuatan berbagai aspek, walaupun tidak terdukung oleh kelancaran komunikasi di antara jemaah yang hadir. Komunikasi emosi atau keterkaitan batin di antara sesama jemaah haji cukup efektif membangun pertalian di antara mereka.
Hadirin sekalian. Mudah-mudahan apa yang kita lakukan di hari yang berharga ini bernilai tambah pada kehidupan kita. Kita mengharap makna ibadah Qurban berdampak positif pada keadaan ekonomi masyarakat kita dan haji memiliki efek positif pada pembangunan politik umat Islam. Kita berdoa kepada Allah mudah-mudahan mengabulkan harapan kita semua.